BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Studi kasus dapat
diartikan sebagai suatu metoda untuk menyelidiki atau mempelajari individu
secara intensif, integratif dan komprehensif, dengan tujuan membantu
siswa/individu untuk mencapai penyesuaian diri yang lebih baik. Role Play adalah suatu cara
penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan
siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan
memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya
dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan.
Simulasi
menjadi penting seiring dengan perubahan pandangan pendidikan, dari proses
pengalihan isi pengetahuan kearah proses pengaplikasian teori ke dalam realita
pengalaman kehidupan. Lebih lanjut, pengenalan teknik simulasi lebih merupakan
kegiatan untuk membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan menemukan dan
memecahan masalah. Sehingga pada giliranya melalui simulasi, dapat meningkatkan
efektivitas keterampilan siswa dalam menemukan dan memecahkan masalah untuk
saat yang akan datang. Teknik simulasi dapat memberikan pengalaman langsung
kepada siswa, akan menjadi bagian dari suasana pendidikan.
1.2 RUMUSAN MASALA
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEMONSTRASI
A. Pengertian Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah
pertunjukan tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada
penampilan tingkah laku yang dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh
peserta didik secara nyata atau tiruannya
Metode demonstrasi ini lebih sesuai untuk mengajarkan
bahan-bahan pelajaran yang merupakan suatu gerakan-gerakan, suatu proses maupun
hal-hal yang bersifat rutin. Dengan metode demonstrasi peserta didik
berkesempatan mengembangkan kemampuan mengamati segala benda yang sedang
terlibat dalam proses serta dapat mengambil kesimpulan-kesimpulan yang
diharapkan.
B. Tujuan Metode Demonstrasi
Tujuan pengajaran
menggunakan metode demonstrasi adalah untuk memperlihatkan proses terjadinya
suatu peristiwa sesuai materi ajar, cara pencapaiannya dan kemudahan untuk
dipahami oleh siswa dalam pengajarn kelas. Metode demonstrasi mempunyai
beberapa kelebihan dan kelekurangan.
1.
Kelebihan metode demonstrasi
a. Perhatian siswa dapat
dipusatkan pada hal-hal yang dianggap penting oleh guru sehingg hal yang
penting itu dapat diamati secara teliti. Di samping itu, perhatian siswa pun
lebih mudah dipusatkan kepada proses belajar mengajar dan tidak kepada yang
lainya.
b. Dapat membimbing siswa ke
arahberpikir yang sama dalam satu saluran pikiran yang sama.
c. Ekonmis dalam jam
pelajaran di sekolah dan ekonomis dalam waktu yang panjang dapat diperlihatkan
melalui demonstrasi dengan waktu yang pendek.
d. Dapat mengurangi
kesalahan-kesalahn bila dibandingkan dengan hanya membaca atau mendengarkan,
karena murid mendapatkan gambaan yang jelas dari hasil pengamatannya.
e. Karena gerakan dan proses
dipertunjukan maka tidak memerlukan keterangan-keterangan yang banysk
f. Beberapa persoalan yang
menimbulkan petanyaan atau keraguan dapat diperjelas waktu proses demonstrasi.
2. Kekurangan metode
demonstrasi
a) Derajat visibilitasnya
kurang, peserta didik tidak dapat melihat atau mengamati keseluruhan benda atau
peristiwa yang didemonstrasikan kadang-kadang terjadiperubahan yang tidak
terkontrol.
b) Untuk mengadakan
demonstrasi digunakan ala-alat yang khusus, kadang-kadang alat itu susah
didapat. Demonstrasi merupakan metode yang tidak wajar bila alat yang
didemonstrasikan tidak dapat diamati secara seksama.
c) Dalam mengadakan
pengamatan terhadap hal-hal yang didemonstrasikan diperlukan pemusatan perhatian.
Dalam hal ini banyak diabaikan leh peserta didik.
d) Tidak semua hal
dapatdidemonstrasikan di kelas.
e) Memerlukan banyak waku
sedangkan hasilnya kadang-kadang sangat minimum.
f) Kadang-kadang hal yang
didemonstrasikan di kelas akan berbeda jika proses itu didemonstrasikan dalam
situasi nyata atau sebenarnya.
g) Agar demonstrasi
mendapaptkan hasil yang baik diperlukan ketekitian dan kesabaran.
Dengan metode
demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan
secra mendalam, sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna. Juga
siswa dapat mengamati dan memperhatikan apa yang diperlihatkan selama pelajaran
berlangsung.
Metode demonstrasi baik
digunakan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang hal-hal yang
berhubungan dengan proes mengatur sesuatu, proses membuat sesuatu, proses
bekerjanya sesuatu proses mengerjakan atau menggunakannya, komponen-komponen
yang membentuk sesuatu, membandingkan suatu cara engan cara lain dan untuk
mengetahui atau melihat kebenaran sesuatu.
C. Manfaat Metode
Demonstrasi
Manfaat psikologis dari
metode demonstrasi adalah :
1. Perhatian siswa dapat
lebih dipusatkan .
2. Proses belajar siswa
lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.
3. Pengalaman dan kesan
sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa.
2.2 STUDI KASUS
Ada beberapa pengertian dan manfaat studi kasus. Studi kasus dapat diartikan sebagai suatu metoda untuk
menyelidiki atau mempelajari individu secara intensif, integratif dan
komprehensif, dengan tujuan membantu siswa/individu untuk mencapai penyesuaian
diri yang lebih baik. Pelaksanaan studi kasus diadakan dengan mengumpulkan data
secara lengkap, bersifat rahasia, dikerjakan secara terus-menerus (kontinyu),
secara ilmiah dan diadakan dengan memperoleh data dari berbagai pihak.
Studi kasus sendiri merupakan metode pengumpulan data yang
bersifat menyeluruh dan terpadu. Menyeluruh berarti data yang dikumpulkan
meliputi seluruh aspek pribadi individu. Terpadu artinya menggunakan
berbagai pendekatan dalam mengumpulkan data. Dengan demikian dari data yang
terkumpul akan diperoleh pemahaman individu yang dimaksud. Individu yang
dikenakan dalam studi kasus menunjukkan gejala mengalami kesulitan atau masalah
yang serius, sehingga membutuhkan bantuan yang secepatnya.
Kegunaan studi kasus
yaitu:
·
Mendorong sekolah untuk mengadakan evaluasi
·
Dapat mengembangkan
penyelidikan latar belakang individu
·
Menekankan pendekatan
yang diteliti dalam memahami individu
·
Dapat digunakan
untuk inservice training, untuk memberikan pengertian tentang
tes, non tes dan comulative records.
·
Berguna untuk memecahkan
masalah yang sulit dan kompleks.
Selain hal tersebut di atas studi kasus
juga berguna untuk menetapkan jenis kesulitan atau masalah individu. Dari
penentu jenis kesulitan ini lebih lanjut akan dapat ditentukan jenis bantuan
dan bimbingan yang perlu diberikan, yang akurat sesuai dengan masalahnya. Adapun pembahasan studi kasus mempunyai tujuan;
1.
Untuk mengenal keadaan individu yang bermaslah
2.
Untuk mengadakan
interpretasi dan diagnosa tentang tingkah laku individu sesuai dengan kasusnya
3.
Mentukan jalan keluar
dari masalah yang dihadapi individu.
2.3 ROLE PLAY
A. Pengertian Role
Playing
adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan
pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi
dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau
benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu
bergantung kepada apa yang diperankan.
Role playing adalah sejenis permainan gerak yang
didalamnya ada tujuan, aturan dan sekaligus melibatkan unsur senang (Jill
Hadfield, 1986). Dalam role playing murid dikondisikan pada situasi tertentu di
luar kelas, meskipun saat itu pembelajaran terjadi di dalam kelas, dengan
menggunakan bahasa Inggris. Selain itu, role Playing sering kali dimaksudkan
sebagai suatu bentuk aktivitas dimana pembelajar membayangkan dirinya
seolah-olah berada di luar kelas dan memainkan peran orang lain (Basri Syamsu,
2000).
B. Tujuan pembelajaran Role
Playing
1.
menerangkan suatu peristiwa yang di dalamnya
menyangkut orang banyak, dan berdasarkan pertimbangan didaktik lebih baik
didramatisasikan daripada diceritakan, karena akan lebih jelas dan dapat
dihayati oleh anak;
2.
melatih anak-anak agar mereka mampu menyelesaikan
masalah-masalah sosial-psikologis; dan
3.
melatih anak-anak agar mereka dapat bergaul dan
memberi kemungkinan bagi pemahaman terhadap orang lain beserta masalahnya.
C. langkah-langkah model
pembelajaran role playing
Langkah-langkah model pembelajaran ini adalah:
guru menyiapkan scenario pembelajaran, menunjuk beberapa siswa untuk
mempelajari skenario tersebut, pembentukan kelompok siswa, penyampaian
kompetensi, menunjuk siswa untuk melakonkan skenario yang telah dipelajarinya,
kelompok siswa membahas peran yang dilakukan oleh pelakon, presentasi hasil
kelompok, bimbingan penyimpulan dan refleksi.
D. ciri-ciri
pembelajaran Role Playing
Bermain peran pada prinsipnya merupakan
pembelajaran untuk ‘menghadirkan’ peran-peran yang ada dalam dunia nyata ke
dalam suatu ‘pertunjukan peran’ di dalam kelas/pertemuan, yang kemudian
dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta memberikan penilaian terhadap .
Misalnya: menilai keunggulan maupun kelemahan masing-masing peran tersebut, dan
kemudian memberikan saran/ alternatif pendapat bagi pengembangan peran-peran
tersebut. Pembelajaran ini lebih menekankan terhadap masalah yang diangkat
dalam ‘pertunjukan’, dan bukan pada kemampuan pemain dalam melakukan permainan
peran
Dalam role playing murid diperlakukan sebagai
subyek pembelajaran, secara aktif melakukan praktik-praktik berbahasa (bertanya
dan menjawab dalam bahasa Inggris) bersama teman-temannya pada situasi
tertentu. Belajar efektif dimulai dari lingkungan yang berpusat pada diri murid
(Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah,
2002).
Lebih lanjut prinsip pembelajaran PKn standar
kompetensi memahami kebebasan berorganisasi, dan menghargai keputusan bersama,
murid akan lebih berhasil jika mereka diberi kesempatan memainkan peran dalam
bermusyawarah, melakukan pemungutan suara terbanyak dan bersikap mau menerima
kekalahan sehingga dengan melakukan berbagai kegiatan tersebut dan secara aktif
berpartisipasi, mereka akan lebih mudah menguasai apa yang mereka pelajari
(Boediono, 2001). Jadi, dalam pembelajaran murid harus aktif, karena tanpa
adanya aktivitas, maka proses pembelajaran tidak mungkin terjadi.
Sementara itu, sesuai dengan pengalaman
penelitian sejenis yang telah dilakukan, manfaat yang dapat diambil dari role
playing adalah: Pertama, role playing dapat memberikan semacam hidden practise,
dimana murid tanpa sadar menggunakan ungkapan-ungkapan terhadap materi yang
telah dan sedang mereka pelajari. Kedua, role playing melibatkan jumlah murid
yang cukup banyak, cocok untuk kelas besar. Ketiga, role playing dapat
memberikan kepada murid kesenangan karena role playing pada dasarnya adalah
permainan. Dengan bermain murid akan merasa senang karena bermain adalah dunia
siswa
E. kelebihan dan kekurangan
role playing
1. Kelebihan Metode Role
Playing
Kelebihan metode Role Playing melibatkan seluruh
siswa berpartisipasi, mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam
bekerja sama. Siswa juga dapat belajar menggunakan bahasa dengan baik dan
benar. Selain itu, kelebihan metode ini adalah, sebagai berikut:
1.
Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi
secara utuh.
2.
Permainan merupakan penemuan yang mudah dan
dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang berbeda.
3.
Guru dapat mengevaluasi pengalaman siswa melalui
pengamatan pada waktu melakukan permainan.
4.
Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam
ingatan siswa. Disamping merupakan pengaman yang menyenangkan yang saling untuk
dilupakan
5. Sangat menarik bagi siswa,
sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis dan penuh antusias
6. Membangkitkan gairah dan
semangat optimisme dalam diri siswa serta menumbuhkan rasa kebersamaan dan
kesetiakawanan sosial yang tinggi
7. Dapat menghayati peristiwa
yang berlangsung dengan mudah, dan dapat memetik butir-butir hikmah yang
terkandung di dalamnya dengan penghayatan siswa sendiri
8. Dimungkinkan dapat
meningkatkan kemampuan profesional siswa, dan dapat menumbuhkan / membuka
kesempatan bagi lapangan kerja
2. Kelemahan metode role palying
1.
Metode bermain peranan memelrukan waktu yang
relatif panjang/banyak.
2.
Memerlukan kreativitas dan daya kreasi yang
tinggi dari pihak guru maupun murid. Dan ini tidak semua guru memilikinya
3.
Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran
merasa malu untuk memerlukan suatu adegan tertentu
4.
Apabila pelaksanaan sosiodrama dan bermain
pemeran mengalami kegagalan, bukan saja dapat memberi kesan kurang baik, tetapi
sekaligus berarti tujuan pengajaran tidak tercapai.
5.
Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan
melalui metode ini.
2.4 SIMULATION
A.
Pengertian Simulasi
Simulasi adalah tiruan
perbuatan yang hanya pura-pura. Simulasi dari kata simulate yang artinya
pura-pura atau berbuat seolah-olah; dan simulation artinya tiruan atau
perbuatan yang pura-pura.
Menurut kamus
Inggris-Indonesia ( Echols dan Shadily, 1975:527), simulation artinya pekerjaan
tiruan atau meniru, sedang simulate, artinya menirukan, pura-pura atau berbuat
seolah-olah. Dengan demikian simulasi adalah peniruan atau perbuatan yang
bersifat menirukan suatu peristiwa seolah-olah seperti peristiwa yang sebenarnya.
Permainan drama adalah permainan simulasi dimana peristiwa yang diperankan oleh
para pemegang peran menggambarkan peristiwa yang seolah-olah peristiwa yang
sebenarnya. Dalam dunia penerbangan, sebelum menerbangkan pesawat yang
sebenarnya, para calon pilot terlebih dahulu dilatih dengan menggunakan pesawat
tiruan yang disebut simulator.
B. Manfaat
Simulasi
Beberapa penulis
menyebutkan manfaat simulasi, diantaranya adalah berikut ini. Simulasi dapat
meningkatkan motivasi dan perhatian anak terhadap topik, dan belajar anak,
serta meningkatkan keterlibatan langsung dan partisipasi aktif siswa dalam
belajar. Meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar kognitif, meliputi
informasi faktual, konsep, prinsip dan keterampilan membuat keputusan. Belajar
siswa lebih bermakna.
Meningkatkan afektif, atau
sikap dan persepsi anak terhadap isu yang berkembang di masyarakat.
Meningkatkan sikap empatik dan pemahaman adanya perbedaan antara dirinya dengan
orang lain. Afeksi umum anak meningkat, kesadaran diri dan pandangan terhadap
orang lain lebih efektif. Struktur kelas dan pola interaksi kelas berkembang,
hubungan guru—siswa hangat, mendorong kebebasan anak dalam mengeksplorasi
gagasan, peran guru minimal sedang otonomi anak meningkat, meningkatkan tukar
pendapat dari pandangan anak yang berbeda-beda.
C. Tujuan simulasi
Untuk melatih keterampilan
tertentu, baik yang bersifat profesional maupun bagi kehidupan sehari-hari.
Untuk memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip. Untuk latihan
memecahkan masalah. Mengembangkan sikap, dan pemahaman terhadap orang lain.
Untuk meningkatkan partisipasi belajar yang optimal. Untuk meningkatkan
motivasi belajar siswa, karena simulasi sangat menarik dan menyenangkan anak.
Melatih anak untuk bekerjasama dalam kelompok secara efektif. Menimbulkan dan
memupuk kreatifitas siswa. Melatih anak untuk memahami dan menghargai peran
temannya.
D. Prinsip-Prinsip
Simulasi
Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan
guru manakala menggunakan simulasi untuk pembelajaran.
a.
Simulasi dilakukan
oleh kelompok siswa.
b.
Tiap kelompok
mendapat kesempatan melaksanakan simulasi yang sama atau dapat juga berbeda.
c.
Semua siswa harus
terlibat langsung menurut peranan masing- masing. Penentuan topik disesuaikan
dengan tingkat kemampuan kelas, dibicarakan oleh siswa dan guru.
d.
Dalam simulasi
seyogyanya dapat dicapai ketiga domain psikis.
e.
Hendaknya yang
diusahakan terintegrasinya beberapa ilmu. Petunjuk simulasi hendaknya dibuat
secara jelas dan mudah dipahami anak terutama bagi pemegang peran.
f.
Simulasi adalah
latihan keterampilan motorik maupun sosial yang dapat memberikan pengalaman
belajar bagi siswa dalam menghadapi keadaan yang sebenarnya.
g.
Pelaksanaan simulasi
perlu menggambarkan situasi yang lengkap, proses yang rinci dan urut yang
sesuai dengan situasi yang sesungguhnya.
E. Bentuk-Bentuk Simulasi
Menurut Gilstrap dengan melihat sifat
tiruannya, simulasi itu dapat berbentuk: (1) Role Playing, (2) Sosiodrama, dan
(3) simulation game atau permainan.
1.
Peer teaching
Peer teaching dapat dikategorikan sebagai
simulasi mengingat peer teaching adalah latihan mengajar yang dilakukan seorang
mahasiswa dimana dia bertindak seolah-olah sebagai guru dan teman sekelasnya
seolah-olah sebagai murid suatu sekolah tertentu. Peer teaching ini banyak
dipraktekan siswa atau mahasiswa di sekolah calon guru, untuk meningkatkan
keterampilan mengajarnya, sebelum mengajar siswa yang sebenarnya pada saat
praktek.
2.
Sosiodrama
Sosiodrama adalah salah satu bentuk
simulasi, yakni suatu drama yang bertujuan untuk menemukan alternatif pemecahan
masalah-masalah sosial yang timbul dalam hubungan antar anggota sosial.
Masalah-masalah sosial yang cocok untuk sosiodrama misalnya, masalah konflik
antara anggota keluarga, konflik antara buru dengan majikan, konflik antara
masyarakat dengan pimpinannya, dan sejenisnya. Bagi siswa, dengan metode
simulasi utamanya melalui sosio-drama dapat belajar menemukan alternatif
pemecahan masalah sosial yang berkembang dimasyarakat. Dengan disosiodramakan,
siswa dapat mengimajinasikan masalah sehingga terdorong untuk menemukan
alternatif pemecahannya.
3
Permainan simulasi (simulation games), Yaitu
siswa bermain peran sesuai dengan peran yang ditugaskan sebagai pembuat
keputusan.
F. Langkah-Langkah Pelaksanaan Simulasi
a.
Fase orientasi,
berisi penjelasan guru tentang topik dan memberikan gambaran tentang simulasi.
b.
Fase latihan, Guru
menjelaskan skenario atau jalannya cerita, aturan main, pemegang peran,
prosedur keputusan yang harus diambil, dan tujuan, membagi peran, dan
memberikan kesempatan anak untuk berkordinasi dan berlatih sesuai dengan peran
masing-masing.
c.
Fase pelaksanaan
simulasi. Siswa pemegang peran melaksanakan simulasi sesuai dengan jalan cerita
yang sudah ditentukan. Selama simulasi berlangsung, guru berperan sebagai wasit
dan pelatih. Secara periodik guru dapat menghentikan permainan siswa dan
memberikan koreksi atau balikan, mengevaluasi penampilan pemegang peran dan
mengklarifikasi kekeliruan dalam memainkan peran.
d.
Fase debriefing (pemantapan–Tanya
jawab atau wawancara), berisi guru mengkonsentrasikan perhatian anak pada: (1)
persepsi dan reaksi anak terhadap peristiwa simulasi, (2) menganalisis proses
simulasi, (3) membandingkan simulasi dengan realitas yang sebenarnya, (4)
menghubungkan aktivitas simulasi dengan bahan belajar, (5) simulasi lanjutan.
G.
Peranan Guru dalam Simulasi
Peranan guru dalam
simulasi sangat penting mengingat tugas guru adalah membangkitkan kesadaran
anak tentang konsep dan prinsip yang disimulasikan. Di samping itu, guru dalam
pelaksanaan simulasi mempunyai fungsi manajerial. Joyce dan Weil (1992:364)
mengidentifikasi empat peranan guru dalam model pembelajaran melalui simulasi, yaitu
:
1.
Explaining. Siswa
mampu melakukan peran-peran dalam simulasi, apabila memiliki pemahaman yang
cukup mengenai peran. Demikian pula jalan cerita harus dipahami betul oleh
pelaku atau pemegang peran. Pemahaman pelaku terhadap peran yang dimainkan
maupun jalannya cerita tidak terlepas dari pentingnya peranan guru. Sebelum
simulasi dimulai, guru perlu memberikan gambaran tentang jalannya cerita.
Selain itu, gambaran tokoh-tokoh cerita beserta karakterisasinya. Gambaran yang
disampaikan guru tersebut dimaksudkan untuk memancing daya imajinasi anak,
khususnya bagi pemegang peran agar mampu menghayati peran masing-masing.
2.
Refereeing Simulasi
digunakan untuk menyediakan pengalaman belajar yang baik. Guru perlu mengontrol
partisipasi siswa dalam bersimulasi agar simulasi mampu memberikan pengalaman
belajar yang baik tersebut. Sebelum simulasi dilaksanakan, guru perlu
menugaskan siswa memilih tim pemegang peran yang sesuai dengan kemampuan anak
untuk memegang peran-peran tersebut. Guru perlu menghindari tugas yang sulit
bagi anak dalam pemeranan.
3.
Coaching. Guru
bertindak sebagai pelatih saat diperlukan, memberikan nasehat agar anak mampu
bersimulasi secara betul. Sebagai pelatih, guru akan mendukung dan menasehati
tetapi tidak menggurui.
4.
Discussing. Selama
simulasi berlangsung, guru bertindak sebagai pemberi penjelasan, wasit, dan
pelatih. Sesudah simulasi berakhir, guru perlu membuka diskusi berkaitan dengan
signifikansi simulasi dengan kenyataan yang sebenarnya dimasyarakat atau
dilapangan. Guru perlu menanyakan kepada siswa utamanya pemain tentang
kesulitan dan pemahaman anak dalam bersimulasi, hubungan simulasi dengan
matapelajaran yang sedang diikut
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Metode
demonstrasi adalah pertunjukan tentang
proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah
laku yang dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik
secara nyata atau tiruannya.
Studi
kasus dapat diartikan sebagai suatu metoda untuk menyelidiki atau mempelajari
individu secara intensif, integratif dan komprehensif, dengan tujuan membantu
siswa/individu untuk mencapai penyesuaian diri yang lebih baik. Pelaksanaan
studi kasus diadakan dengan mengumpulkan data secara lengkap, bersifat rahasia,
dikerjakan secara terus-menerus (kontinyu), secara ilmiah dan diadakan dengan
memperoleh data dari berbagai pihak.
Syah, Muhibbin (2003). Psikologi Belajar.
Jakarta : Raja Grafindo Persad
Tidak ada komentar:
Posting Komentar