A.
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Pendidikan
karakter adalah sesuatu yang penting dalam membangun kembali peradaban bangsa.
Banyak bangsa yang maju di dunia yang berawal dari karakter unggul yang
dimiliki warganya. Bangsa yang ingin maju, berdaulat, dan sejahtera membutuhkan
karakter yang kuat. Kesejahteraan sebuah bangsa bermula dari karakter kuat
warganya (Marcus Tutillus 106-43 SM). Ungkapan ini disampaikan dalam rangka
mengingatkan seluruh warga kekaisaran Roma tentang perlunya praktik kebajikan.
Kemajuan suatu bangsa tidak hanya ditentukan oleh kekayaan sumber alam,
kompetensi, dan kecanggihan teknologi tetapi yang utama dan terutama adalah
karena dorongan semangat dan karakter bangsanya. Billy Graham menyatakan :
“Bila harta hilang, sesungguhnya tak ada yang hilang, bila kesehatan hilang,
ada sesuatu yang hilang tapi bila karakter hilang maka sesungguhnya, segalanya
telah hilang.”
Pembentukan
karakter harus dimulai dari membangun potensi nilai-nilai spritual, mengasah
dan membangkitkan kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual yang sudah
diberikan Tuhan sebagai fitrah manusia sejak lahir melalui pendidikan yang utuh
dan menyeluruh (holistik). Dalam prosesnya sendiri fitrah yang alamiah ini
berupa potensi pemberian Tuhan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai
dari lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan dan lingkungan masyarakat. Maka
sangat penting adanya sinergitas dan keutuhan dari tri pusat pendidikan dalam
membentuk anak Indonesia yang cerdas, handal berdaya saing dan berkarakter unggul.
Jadi Pendidikan karakter bukan hanya tugas guru di sekolah, akan tetapi harus
merupakan tanggung jawab semua elemen bangsa.
Pembentukan
karakter bangsa merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Dalam
Undang-Undang Sisdiknas 2003 dikatakan bahwa di antara tujuan pendidikan
nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan,
kepribadian dan akhlak mulia. Makna ungkapan tersebut begitu dalam dan sangat
mulia, karena dalam tujuan pendidikan tersebut terkandung prinsip keseimbangan.
Pendidikan kita tidak hanya untuk membentuk anak-anak yang hanya pinter dan
cerdas saja, tetapi juga berkepribadian dan berkarakter/ berakhlak mulia,
sehingga melalui pendidikan ini diharapkan akan muncul generasi yang cerdas
dari sisi intelektual, emosional dan spritual. Dengan kata lain insan Indonesia
yang cerdas, handal, berdaya saingdan berakhlak mulia.
Pendidikan
karakter haruslah dimulai sejak dini, salah satunya di sekolah TK, karena usia
dini merupakan periode perkembangan yang sangat penting dalam kehidupan
manusia. Pada masa ini, seluruh instrumen besar manusia terbentuk, bukan
kecerdasan saja tetapi seluruh kecakapan psikis. Tujuan pendidikan karakter
pada dasarnya adalah mendorong lahirnya anak– anak yang baik (insan kamil)
.Tumbuh dan berkembangnya karakter yang baik akan mendorong peserta didik
tumbuh dengan kapasitas dan komitmennya untuk melakukan berbagai hal yang
terbaik dan melakukan segalanya dengan benar dan memiliki tujuan hidup, misalnya
saja mengajarkan anak cara mencuci tangan. Untuk itu dalam makalah ini kami
akan membahas bagaimana cara membangun karakter di sekolah taman kanak- kanak
(TK).
B.
ISI
1.
Tinjauan
Teori
a. Pengertian
Pendidikan
adalah proses internalisasi nilai budaya ke dalam diri seseorang dan masyarakat
sehingga orang dan masyarakat menjadi beradap. Pendidikan bukan hanya merupakan
sarana menstransfer ilmu pengetahuan saja, tetapi lebih luas lagi yakni sebagai
sarana pembudayaan dan penyaluran nilai (enkulturasi dan sosialisasi).
Pendidikan karakter berasal dari gabungan kata pendidikan dan karakter. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sedangkan karakter merupakan sifat– sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Menurut Dennis Coon karakter adalah jawaban mutlak untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik dalam bermasyarakat. Sedangkan pendidikan karakter menurut Ahmad Sudrajat(2010) (www.Pendidikankarakter.org) adalah suatu system penanaman nilai– nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran, atau kemaunan dan tindakan untuk melaksanakan nilai– nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil.
Pendidikan karakter berasal dari gabungan kata pendidikan dan karakter. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sedangkan karakter merupakan sifat– sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Menurut Dennis Coon karakter adalah jawaban mutlak untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik dalam bermasyarakat. Sedangkan pendidikan karakter menurut Ahmad Sudrajat(2010) (www.Pendidikankarakter.org) adalah suatu system penanaman nilai– nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran, atau kemaunan dan tindakan untuk melaksanakan nilai– nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil.
Menurut Gutama
Pendidikan karakter adalah upaya penanaman nilai dan sikap, bukan pengajaran
sehingga memerlukan pola pembelajaran fungsional dan keteladanan.
Pendidikan
karakter menuntut pelaksanaan oleh 3 (tiga) pihak secara sinergis , yaitu:
orang tua, satuan/ lembaga pendidikan , dan masyarakat. Materi dan pola
pembelajarannya disesuaikan dengan pertumbuhan psikologis peserta didik..
Menurut (Rencana Aksi Nasional Pendidikan Karakter, 2010) Pendidikan karakter
adalah pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan
watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan
keputusan baik buruk, memelihara apa yang baik dan mewujudkan kebaikan itu
dalam kehidupan sehari– hari dengan sepenuh hati. Pendidikan karakter adalah
suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi
komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan
nilai-nilai tersebut.
Pendidikan
karakter ini berkutat pada empat hal yaitu olah hati, olah pikir, olah rasa dan
olah raga. Olah hati yang dimaksud adalah berkata, bersikap, dan berperilaku
jujur. Olah pikir artinya cerdas yang selalu merasa membutuhkan pengetahuan. Olah
rasa artinya memilki cita-cita. Sedang olah raga artinya menjaga kesehatan di
tengah-tengah menggapai cita-cita tersebut.
Pendidikan
karakter dimaknai sebagai pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai budaya dan
karakter bangsa pada diri peserta didik sehingga mereka memiliki nilai dan
karakter sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam
kehidupan dirinya, sebagai anggota masyarakat, dan warga negara yang religius,
nasionalis, produktif dan kreatif (Puskur, 2010). Menurut T. Ramli (2003),
pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral
dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak supaya menjadi
manusia, warga masyarakat dan warga negara yang baik. Kesimpulan yang bisa
penulis sampaikan adalah bahwa Pendidikan karakter yang utuh dan menyeluruh
tidak sekedar membentuk anak– anak muda menjadi pribadi yang cerdas dan baik,
melainkan juga pada gilirannya akan menyumbangkan perubahan dalam tatanan
social kemasyarakatan menjadi lebih baik dan manusiawi.
Taman kanak- kanak atau disingkat TK adalah jenjang pendidikan anak usia dini (yakni usia 6 tahun
atau di bawahnya) dalam bentuk pendidikan formal. Kurikulum TK ditekankan pada
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
b. Sistem
Pembelajaran di TK
Lama masa belajar seorang murid di TK biasanya tergantung
pada tingkat kecerdasannya yang dinilai dari rapor per semester. Secara umum untuk lulus dari tingkat program di TK selama
2 (dua) tahun, yaitu:
·
TK
0 (nol) Kecil (TK kecil) selama 1 (satu) tahun
·
TK
0 (nol) Besar (TK besar) selama 1 (satu) tahun
Umur
rata-rata minimal kanak-kanak mula dapat belajar di sebuah taman kanak-kanak
berkisar 4-5 tahun sedangkan umur rata-rata untuk lulus dari TK berkisar 6-7
tahun. Setelah lulus dari TK, atau pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah lainnya yang sederajat, murid
kemudian melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi di atasnya, yaitu Sekolah Dasar atau yang sederajat.
Di TK,
siswa diberi kesempatan untuk belajar dan diberikan kurikulum pembelajaran yang sesuai dengan usia pada
tiap-tiap tingkatannya. Siswa diajarkan mengenai hal-ihwal berikut ini:
·
Agama,
·
Budi
bahasa,
·
Berhitung,
·
Membaca
(mengenal aksara dan ejaan),
·
Bernyanyi,
·
Bersosialisasi
dalam lingkungan keluarga dan teman-teman sepermainannya, dan
·
Berbagai
macam keterampilan lainnya.
c. Nilai-Nilai dalam Pendidikan
Karakter Bangsa
Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter
bangsa diidentifikasikan dari sumber-sumber berikut ini:
·
Agama
·
Pancasila
·
Budaya
·
Tujuan
Pendidikan Nasional
Berdasarkan keempat sumber nilai di
atas , teridentifikasi sejumlah nilai untuk pendidikan karakter bangsa sebagai
berikut ini:
·
Religius:
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya,
toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk
agama lain.
·
Jujur
: Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang
selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
·
Toleransi:
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat,
sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
·
Disiplin:
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan
peraturan.
·
Kerja
Keras: Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai
hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
·
Kreatif
: Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari
sesuatu yang telah dimiliki.
·
Mandiri
: Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas.
·
Demokratis
: Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama Hak dan kewajiban
dirinya dan orang lain.
·
Rasa
Ingin Tahu : Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih
mendalam dan meluas dari sesuatuyang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
·
Semangat
Kebangsaan : Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
·
Cinta
Tanah Air : Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,
kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik,
sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
·
Menghargai
Prestasi : Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu
yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang
lain.
·
Bersahabat/
Komuniktif: Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan
bekerja sama dengan orang lain.
·
Cinta
Damai: Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang
dan aman atas kehadiran dirinya.
·
Gemar
Membaca: Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang
memberikan kebajikan bagi dirinya.
·
Peduli
Lingkungan: Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada
lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki
kerusakan alam yang sudah terjadi.
·
Peduli
Sosial: Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain
dan masyarakat yang membutuhkan.
·
Tanggung-jawab:
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang
seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam,
sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
2.
Kaitan
dengan karakter building
a. Tujuan
Pendidikan Karakter di TK
Tujuan
pendidikan karakter pada dasarnya adalah mendorong lahirnya anak– anak yang
baik (insan kamil). Tumbuh dan berkembangnya karakter yang baik akan mendorong
peserta didik tumbuh dengan kapasitas dan komitmennya untuk melakukan berbagai
hal yang terbaik dan melakukan segalanya dengan benar dan memiliki tujuan
hidup. Dalam Penulisan ini, akan penulis sampaikan secara rinci tujuan
pendidikan karakter pada pendidikan anak usia dini (TK) :
1. Mengembangkan
potensi kalbu/ afektif/ nurani peserta didik.
2. Mengembangkan
kebiasaan dan perilaku peserta didik.
3. Menanamkan
jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik.
4. Mengembangkan
kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan
kebangsaan
5. Mengembangkan
lingkungan hidup sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh
kreativitas, dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan
penuh kekuatan.
b. Pentingnya Pembangunan Karakter
Dahulu, keberhasilan anak-anak dianggap sebagai akibat dari
tingginya tingkat IQ, sehingga fokus pendidikan lebih dititik beratkan pada
aspek akademik saja. Namun kepercayaan itu sudah tergoyahkan, sebab ternyata IQ
hanya memberikan kontribusi 20% saja dari keberhasilan manusia di masyarakat,
sedangkan 80% lebih banyak ditentukan oleh kecerdasan emosi (EQ) (Goleman dalam
Megawangi, 2010). Kecerdasan emosi adalah karakter atau dalam bahasa agamanya
akhlak mulia. Hasil penelitian George Boggs juga menunjukkan bahwa ada 13
faktor penunjang keberhasilan seseorang di dunia kerja, dan ternyata dari 13
faktor tersebut, 10 diantaranya (hampir 80%) adalah kualitas karakter seseorang,
dan hanya 3 yang berkaiatan dengan faktor kecerdasan (IQ). Faktor-faktor
tersebut adalah:
·
Jujur
dan dapat diandalkan
·
Bisa
dipercaya dan tepat waktu
·
Bisa
menyesuaikan diri dengan orang lain
·
Bisa
bekerjasama dengan atasan
·
Bisa
menerima dan menjalankan kewajiban
·
Mempunyai
motivasi kuat untuk terus belajar dan meningkatkan kualitas diri
·
Berpikir
bahwa dirinya berharga
·
Bisa
berkomunikasi dan mendengarkan secara efektif
·
Bisa
bekerja mandiri dengan supervise minimum
·
Dapat
menyelesaikan masalah pribadi dan profesinya
·
Mempunyai
kemampuan dasar (kecerdasan) – IQ
·
Bisa
membaca dengan pemahaman memadai – IQ
·
Mengerti
dasar-dasar matematika (berhitung) – IQ
Oleh karena itu, program pendidikan
karakter yang dicanangkan oleh pemerintah adalah sangat tepat, untuk
menyelamatkan bangsa ini. Alternatif lain yang banyak dikemukakan untuk
mengatasi, paling tidak mengurangi masalah budaya dan karakter bangsa yang
dibicarakan itu adalah pendidikan. Pendidikan dianggap sebagai alternatif yang bersifat
preventif karena pendidikan membangun generasi baru bangsa yang lebih baik.
Sebagai alternatif yang bersifat preventif, pendidikan diharapkan dapat
mengembangkan kualitas generasi muda bangsa dalam berbagai aspek yang dapat
memperkecil dan mengurangi penyebab berbagai masalah budaya dan karakter
bangsa. Memang diakui bahwa hasil dari pendidikan akan terlihat dampaknya dalam
waktu yang tidak segera, tetapi memiliki daya tahan dan dampak yang kuat di
masyarakat. Menurut Ratna Megawangi, anak yang kualitas karakternya rendah
adalah anak yang tingkat perkembangan emosi-sosialnya rendah, sehingga anak
beresiko besar mengalami kesulitan dalam belajar, berinteraksi sosial, dan
tidak mampu mengontrol diri. Mengingat pentingnya penanaman karakter di usia
dini, maka penanaman karakter yang baik di usia prasekolah merupakan hal yang
sangat penting untuk dilakukan.
c. Membangun Manusia Berkarakter
Sebagai suatu konsep akademis, karakter memiliki makna
substantif dan proses psikologis yang sangat mendasar. Aristoteles menyebut
pengertian karakter yang baik adalah kehidupan berperilaku baik dan penuh
kebajikan, berperilaku baik terhadap pihak lain (Tuhan Yang Maha Esa, manusia,
dan alam semesta), dan terhadap diri sendiri (Kemendiknas, 2010:14). Menurut
Ratna Megawangi, karakter berasal dari bahasa Yunani, charassein, yang berarti
mengukir sehingga terbentuk pola. Mempunyai akhlak mulia adalah tidak secara
otomatis dimiliki oleh setiap manusia begitu ia dilahirkan, tetapi memerlukan
proses panjang melalui pengasuhan dan pendidikan (proses “pengukiran”) dimulai
sejak anak dilahirkan. Dalam istilah bahasa Arab karakter ini mirip dengan
akhlak (akar kata khuluk), yaitu tabiat atau kebiasaan melakukan hal yang baik.
Al Ghazali menggambarkan bahwa akhlak adalah tingkah laku seseorang yang
berasal dari hati yang baik. Oleh karena itu, pendidikan karakter adalah usaha
aktif untuk membentuk kebiasaan baik (habit), sehingga sifat anak sudah terukir
sejak kecil. Tuhan menurunkan petunjuk melalui para Nabi dan Rasul-Nya untuk
manusia agar senantiasa berperilaku sesuai dengan yang diinginkan Tuhan sebagai
wakil Tuhan di muka bumi ini. Singkatnya membangun karakter memerlukan sebuah
proses yang simultan dan berkesinambungan melibatkan seluruh aspek yaitutahu
arti kebaikan, mau berbuat baik, dan nyata berperilaku baik. Menurut dokumen
Desain Induk Pendidikan Karakter terbitan Kementerian Pendidikan Nasional,
pendidikan karakter didefinisikan sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi
pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan
kemampuan peserta didik untuk mengambil keputusan yang baik, memelihara apa
yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan
sepenuh hati. Karakter harus dibangun sejak dini. Menurut Montessori otak anak
seperti “the absorbent mind”. Bahkan bayi yang berusia 2-3 minggu sudah mampu
meniru mimik muka orang tua disekitarnya. Masa-masa dimana anak cepat sekali
meniru, maka memberikan pendidikan karakter sedini mungkin penting dilakukan.
Ibaratnya, otak anak adalah sponge. Sponge yang kering kalau dimasukkan ke
dalam air akan cepat sekali menyerap air. Seandainya sponge itu diletakkan di
air jernih, yang diserap juga air jernih. Jika diletakkan diair selokan, yang
diserap juga air selokan. Inilah sebabnya, begitu efektifnya kita mengajar
anak-anak usia dini tentang hal-hal yang baik. Pada masa emas ini kita coba
memberikan sebanyak mungkin air jernih (kebaikan) kepada anak agar dampaknya
dalam otak anak adalah kejernihan (yang baik-baik saja). Untuk membangun kepribadian/
karakter diperlukan kerjasama dari semua pihak, baik keluarga, lembaga
pendidikan, maupun masyarakat dan lingkungan.
3.
Pembahasan
Karakter building di TK dalam hal ini salah satu nya
menggunakan Pendekatan integratif mendasarkan dari asumsi bahwa anak-anak,
operasi berfikirnya adalah konkret, manipulatif dan terpadu (Piaget) Oleh
karena itu, pembelajaran yang relevan untuk anak-anak adalah pembelajaran
integratif. Materi pelajaran yang selama ini abstrak di awang- awang dijadikan
konkret dan relevan dengan kehidupan sehari-hari. Penyatuan pembelajaran
seperti ini merupakan prakondisi penerapan konsep pendidikan integratif. Setiap
topik dibahas secara komprehensif dari berbagai dimensi sesuai taraf pikir
anak. Mengkaji buah sawo di kebun, menanam dan mengamati tumbuh kembang sayur
bayam di lahan tanam, mencermati dan memberi makan ikan dikolam akan mengantar
anak pada aspek pengembangan kognitif, afektif, psikomotor, akhlaq hingga
karakter. Mengajak anak mengamati anak ayam yang baru menetas jelas tidak hanya
membutuhkan ilmu pengetahuan tetapi juga menyaksikan peristiwa kemahakuasaan
Allah yang amat menggetarkan kalbu. Melalui pola belajar seperti tersebut, rasa
ingin tahu anak akan terpupuk, motivasi belajarpun tumbuh. Penanaman nilai- nilai
karakter juga terintegrasi dalam kegiatan pembelajaran yang aktif, kreatif,
inovatif dan menyenangkan. Kegiatan pembelajaran pada anak juga senantiasa
berorientasi kepada kebutuhan anak. Anak pada usia dini sedang membutuhkan
proses belajar untuk mengoptimalkan semua aspek perkembangannya. Stimulasi
harus diberikan secara terpadu sehingga seluruh aspek perkembangan dapat
berkembang secara berkelanjutan. Contohnya, jika anak melakukan kegiatan makan siang bersama dan dilanjutkan dengan
pembelajaran cuci piring. Maka dalam kegiatan tersebut, anak mengembangkan
aspek:
·
Moral/
agama : mengerti tata cara makan yang baik dan benar, membiasakan berdoa
sebelum dan sesudah makan
·
Kesehatan:
membiasakan anak- anak untuk mencuci tangan sebelum makan, dan sesudah makan.
·
Sosial/
emosional, dan kedisiplinan : menolong diri sendiri, melatih kesabaran dan
toleransi berbudaya antri menunggu giliran mengambil menu makan siang
·
Bahasa:
mengenal kosakata tentang nama makanan, peralatan makan, dan peralatan mencuci
piring
·
Kognitif:
mengerti manfaat makan dan mengerti manfaat hidup sehat dan bersih
·
Motorik
: belajar memegang sendok, belajar mencuci piring
Kegiatan yang dilakukan dengan
pendampingan guru ini, sekaligus menanamkan nilai-nilai karakter kemandirian,
religius, disiplin dan tanggung jawab. Serta membudayakan cuci piring sebagai media pembelajaran siswa.
Contoh lainnya adalah pada kegiatan
rutin di sekolah yaitu pembiasaan mengucap salam apabila bertemu guru, tenaga
kependidikan, atau teman. Melalui kegiatan beribadah bersama atau shalat
bersama, berdoa waktu mulai dan selesai berkegiatan. Pembiasaan hidup bersih
dan sehat dilakukan dengan pemeriksaan kebersihan badan (kuku, telinga, rambut,
dan lain-lain), budaya cuci tangan, budaya menggosok gigi, serta aksi bersih-bersih
lingkungan yang rutin dilakukan di sekolah. Kemandirian juga ditanamkan dengan
pembiasaan menata sepatu dan tas pada tempatnya, mengembalikan dan merapikan
alat bermain setelah digunakan, belajar makan dan mencuci piring
sendiri.
Contoh Masalah
anak TK
a.
Penakut
Setiap anak memiliki rasa takut, namun jika berlebihan dan
tidak wajar maka perlu diperhatikan. Rasa takut anak TK biasanya terhadap
hewan, serangga, gelap, dokter atau dokter gigi, ketinggian, monster, lamunan,
sekolah, angin topan, dll.
Rasa takut yang berlebihan terlihat
dalam gejala-gejala seperti berikut:
·
Gejala
psikis, seperti ; gangguan makan, tidur, perut, sulit bernafas, dan sakit
kepala.
·
Gejala
emosional, seperti ; rasa takut, sensitif, rendah diri, ketidakberdayaan,
bingung, putus asa, marah, sedih, bersalah.
·
Gejala
tingkah laku seperti : gangguan tidur, mengisolasi diri, prestasi kurang di
sekolah, agresi, mudah tersinggung, menghindari pergi keluar, ketergantungan
pada suatu benda, dan terus berada di kamar orang tua.
Penyebab
anak memiliki rasa takut:
·
Intelegensi
(anak-anak yang tingkat intelegensi tinggi cenderung punya rasa takut yang sama
dengan anak yang berusia lebih tua, demikian pula sebaliknya).
·
Jenis
kelamin (anak perempuan lebih takut dibanding laki-laki karena lingkungan
sosial lebih menerima rasa takut perempuan).
·
Keadaan
fisik (anak cenderung takut bila dalam keadaan lelah, lapar atau kurang sehat).
·
Urutan
kelahiran (anak sulung cenderung lebih takut karena perlindungan yang
berlebihan).
·
Kepribadian
anak (anak yang kurang memperoleh rasa aman cenderung lebih penakut).
·
Adanya
contoh yang dilihat anak, seperti ; tontonan TV, atau ibu yang takut.
·
Trauma
yang dialami anak-anak, seperti ; tabrakan mobil, angina topan, bencana alam,
dll.
·
pola
asuh orang tua yang menghidupkan rasa takut anak seperti ; paksaan, hukuman,
ejekan, ketidakperdulian, dan pelindungan diluar batas.
Solusi
pemecahan masalah yang dapat dilakukan pendidik:
·
Mendengarkan
cerita anak
·
Lindungi
dan hibur anak
·
Ajari
kenyataan
·
Memberi
hadiah
·
Memberi
contoh teladan (guru sebagai model)
·
Coping
model (adalah salah satu cara seseorang menghadapi rasa takut namun ia harus
melewati rasa takut itu. Salah satu cara dengan bicara pada diri sendiri).
·
Mendongeng
·
Melakukan
aktivitas penuh tantangan
·
Memanfaatkan
imajinasi anak untuk menumbuhkan keberanian
·
Menggambar
b.
Agresif
Agresif adalah tingkah laku menyerang baik secara fisik
maupun verbal atau melakukan ancaman sebagai pernyataan adanya rasa permusuhan.
Perilaku tersebut cenderung melukai anak lain seperti menggigit, mencakar, atau
memukul. Bertambahnya usia diekspresikan dengan mencela, mencaci dan memaki.
Gejala
anak yang agresif :
·
Sering
mendorong, memukul, atau berkelahi.
·
Menyerang
dengan menggunakan kaki, tangan, tubuhnya untuk mengganggu permainan yang
dilakukan teman-teman.
·
Menyerang
dalam bentuk verbal seperti ; mencaci, mengejek, mengolok-olok, berbicara kotor
dengan teman.
·
Tingkah
laku mengganggu muncul karena ingin menunjukkan kekuatan kelompok. Biasanya
melanggar aturan atau norma yang berlaku di sekolah seperti; berkelahi, merusak
alat permainan milik teman, mengganggu anak lain.
Penyebab
anak agresif
·
Pola
asuh yang keliru (melakukan kekerasan terhadap anak, otoriter terhadap anak dan
terlalu protektif, terlalu memanjakan anak (orang tua selalu mengijinkan atau
membenarkan permintaan anak)
·
Reaksi
emosi terhadap frustasi (banyaknya larangan yang dibuat guru atau orang tua
(kecemasan yang berlebihan), sementara anak melakukan kegiatan yang sesuai
dengan kebutuhannya).
·
Tingkah
laku agresif sebelumnya (tingkah laku agresif yang pernah dilakukan anak
mendapat penguatan dari keluarga atau guru).
Solusi
pemecahan masalah yang dapat dilakukan pendidik :
·
Bermain
peran
·
Belajar
mengenal perasaan
·
Belajar
berteman melalui permainan beregu
·
Beri
penguatan jika anak berperilaku tepat dengan temannya
·
Perbanyak
kegiatan yang menggunakan gerakan motorik
c.
Pemalu
Pemalu adalah reaksi emosional yang tidak menyenangkan, yang
timbul pada seseorang, akibatnya adanya penilaian negatif terhadap dirinya.
Ciri
anak pemalu adalah :
·
Kurang
berani bicara dengan guru atau orang dewasa
·
Tidak
mampu menatap mata orang lain ketika berbicara
·
Tidak
bersedia untuk berdiri di depan kelas
·
Enggan
bergabung dengan anak-anak lain
·
Lebih
senang bermain sendiri
·
Tidak
berani tampil dalam permainan
·
Membatasi
diri dalam pergaulan
·
Anak
tidak banyak bicara
·
Anak
kurang terbuka
Penyebab
anak pemalu
·
Keadaan
fisik
·
Kesulitan
dalam bicara
·
Kurang
terampil berteman
·
Harapan
orang tua yang terlalu tinggi
·
Pola
asuh yang mencela
Solusi
pemecahan masalah yang dapat dilakukan pendidik :
·
Melibatkan
anak pada kegiatan yang menyenangkaN
·
Belajar
bergabung melalui permainan
·
Mengajar
cara mulai berteman
·
Dorong
anak berpartisipasi dalam kelompok
C.
KESIMPULAN
Pendidikan
karakter di TK pada dasarnya adalah mendorong lahirnya anak– anak yang baik
(insan kamil). Tumbuh dan berkembangnya karakter yang baik akan mendorong
peserta didik tumbuh dengan kapasitas dan komitmennya untuk melakukan berbagai
hal yang terbaik dan melakukan segalanya dengan benar dan memiliki tujuan
hidup.
DAFTAR
PUSTAKA
Hasmawati, Ratna. (2013). Membangun Karakter Pada Usia Emas. [Online].Tersedia:http://www.pustaka.ut.ac.id/dev25/pdfprosiding2/fkip201017.pdf
( 3 Desember 2015)
Wikipedia. Taman Kanak- Kanak. (online).
Tersedia: https://id.wikipedia.org/wiki/Taman_kanak-kanak ( 3 Desember 2015)
PPPPTK, PLB. Mengembangkan Karakter Anak Usia Dini Di Tk Melalui
Pendekatan Pendidikan Holistik Berbasis Parenting. (online).
Tersedia: http://tkplb.org/index.php/11-warta/75-mengembangkan-karakter-anak-usia-dini-di-tk-melalui-pendekatan-pendidikan-holistik-berbasis-parenting
(3
Desember 2015)
Dra. Rosmala Dewi, M.Pd. Berbagai Masalah Anak Taman
Kanak-kanak. Departemen Pendidikan Nasional, Dirjen Dikti. Jakarta 2005
Dr. Martini Jamaris, M.Sc. Ed. Perkembangan dan Pengembangan
Anak Usia Taman Kanak-kanak. Program PAUD PPS UNJ. Jakarta 2005